Surabaya, infopol.co.id
Punden Wonorejo, kawasan padat penduduk di Kelurahan Manukan Kulon, Kecamatan Tandes, mendadak jadi pusat perhatian nasional. Minggu siang (15/6/2025), seekor buaya hidup tiba-tiba muncul di telaga pemukiman, menghebohkan warga, menyulut kepanikan, dan mengguncang ruang digital di seluruh Indonesia.
Semula hanya aktivitas biasa. Seorang warga sedang merekam suasana sekitar telaga bersejarah yang dulunya dikenal sebagai Kampung Candirejo. Namun detik berikutnya berubah drastis. Air bergolak, gelembung muncul, dan sesosok hitam meluncur cepat di permukaan. Rekaman menunjukkan seekor buaya sepanjang sekitar 50 cm berenang bebas, di jantung permukiman kota.
Dalam hitungan menit, video kemunculan buaya itu viral di media sosial. Jagat maya meledak. Tayangan berdurasi belasan detik itu disebar ulang ribuan kali, memicu rasa tak percaya: Surabaya, kota metropolitan, kini menjadi tempat kemunculan predator air tawar.
Petugas Satpol PP bergerak cepat. Bersama warga, mereka melakukan penangkapan dramatis dan berhasil mengamankan buaya dalam kondisi hidup. Hewan liar tersebut langsung dievakuasi ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Surabaya untuk ditelusuri asal-usul dan dikembalikan ke habitat alaminya.
Usia buaya diperkirakan dua bulan. Namun yang menjadi pertanyaan besar, dari mana datangnya? Kawasan tersebut tidak terhubung dengan aliran sungai besar, tidak dekat rawa, apalagi hutan. Dugaan sementara mengarah pada peliharaan ilegal yang dibuang secara sembunyi-sembunyi.
Peristiwa ini langsung memantik perhatian banyak pihak. Tak hanya soal keselamatan warga, tapi juga soal krisis ekologis yang mungkin sedang berlangsung diam-diam di lingkungan perkotaan.
Indonesia tercengang. Kota besar yang penuh beton dan aspal, tiba-tiba menyimpan kejutan liar dari alam. Wonorejo tak lagi sekadar nama. Kini, ia jadi simbol peringatan: bahwa apa pun bisa muncul kapan saja, bahkan di tempat yang paling tak terduga.