Mojokerto, infopol.co.id
Keberadaan alat komunikasi menjadi bagian vital dalam tugas kepala desa. Namun di Desa Talun, Kecamatan Dawarblandong, Mojokerto, justru terjadi hal yang ganjil: Kepala Desa Anton Suprapto tak memiliki HP pribadi. Kondisi ini bukan hanya mengundang tanda tanya, tapi juga menyeret nama Anton ke pusaran isu perselingkuhan dan keretakan rumah tangga.
Saat disambangi wartawan di ruang kerjanya, Anton mengakui secara terang bahwa dirinya memang tidak memakai HP. Alasannya, karena merasa terlalu sering dihubungi oleh awak media yang, menurutnya, sekadar mencari-cari kesalahan.
“Saya nggak nyaman, tiap hari ditelepon wartawan. Bukan tanya program, tapi malah cari masalah,” ujar Anton.
Namun pernyataan itu tak berjalan sendiri. Di lapangan, beredar versi lain yang jauh lebih liar. Salah satu kepala desa di wilayah Dawarblandong membocorkan informasi bahwa HP Anton dihancurkan istrinya sendiri lantaran ketahuan berselingkuh dengan perempuan lain. HP itu, katanya, dibanting di lantai usai pertengkaran hebat di rumah tangga Anton.
Saat isu ini dikonfrontasikan kembali, Anton langsung bereaksi keras. Ia membantah keras tuduhan itu, menyebut kabar tersebut sebagai fitnah keji dari sesama kepala desa yang tak menyukainya secara personal.
“Itu murni fitnah! Saya tidak pernah main perempuan, apalagi sampai HP dibanting istri. Itu kades memang punya dendam sama saya!” seru Anton, dengan nada meninggi, sebelum buru-buru keluar dari ruangan wawancara.
Anton menilai bahwa tudingan tersebut bukan sekadar kabar miring, melainkan bagian dari upaya sistematis menjatuhkan nama baiknya melalui isu pribadi. Baginya, fitnah tentang perempuan dan HP yang hilang adalah skenario murahan yang dimainkan oleh pihak-pihak tertentu yang merasa terganggu dengan keberadaannya sebagai pemimpin desa.
Kasus ini menyisakan ironi, seorang kepala desa yang seharusnya menjadi simpul komunikasi publik justru menutup aksesnya sendiri karena alasan tekanan. Namun di sisi lain, kekosongan komunikasi ini justru memantik kabar tak sedap soal perempuan dan keretakan rumah tangga, lalu berujung pada perang narasi antarpejabat desa (Wh).