infopol.co.id Kontak Redaksi- 085784424805 wa Lestarikan Kreatifitas Musik Tradisional, Pemkab Banyuwangi Launching Festival Musik Perkusi 2025

Iklan Semua Halaman

Iklan 928x90

Hot Post

Lestarikan Kreatifitas Musik Tradisional, Pemkab Banyuwangi Launching Festival Musik Perkusi 2025

Sabtu, 25 Oktober 2025

 


Banyuwangi - Infopol.co.id 

Untuk pertama kalinya Pemerintah Kabupaten Banyuwangi melaunching event kreatifnya, yakni Festival Musik Perkusi. Event ini digelar menjadi  ajang pelestarian sekaligus inovasi kreativitas musik tradisional khas Bumi Blambangan, (Sabtu, 25/10/2025).


Ada empat grup perkusi yang tampil memeriahkan acara tersebut, tiga di antaranya berasal dari Banyuwangi, yaitu Damar Art, Munsing (Musik Nada Using), dan JEB (Jiwa Etnik Banyuwangi). Ketiga grup lokal itu dimotori seniman muda jebolan kampus seni yang memadukan musik etnik Banyuwangi dengan unsur musik modern tanpa kehilangan identitas tradisi.


Seperti Damar Art, mereka tampil bersama penyanyi kondang asal Banyuwangi Vita Alvia. Membawakan salah satu karya berjudul “Bunga Bangsa” yang terinspirasi dari kekayaan alam dan budaya Banyuwangi yang dijuluki miniatur Nusantara. 


Festival ini juga menghadirkan tamu spesial, Ethno Ensemble dari Solo, beranggotakan mahasiswa dan alumni ISI Surakarta jurusan etnomusikologi yang berkolaborasi dengan mahasiswa ISI Banyuwangi.


“Lewat festival ini, kami ingin membuka ruang kolaborasi agar musisi muda Banyuwangi dapat berinteraksi dengan seniman dari luar daerah dan memperluas pengalaman mereka,” kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani. 


Bupati Ipuk menyatakan Banyuwangi selalu berupaya menjaga tradisi, namun dengan kemasan yang relevan bagi generasi muda. 


“Lewat festival perkusi ini Banyuwangi menegaskan diri sebagai daerah yang tidak hanya kaya budaya, namun juga kreatif dalam mengolahnya menjadi daya tarik wisata dan kebanggaan daerah,” kata Ipuk. 


Kelompok musik perkusi Ethno Ensemble dari Solo mengaku, tampil dalam ajang Banyuwangi Percussion Festival menjadi pengalaman yang sangat berkesan bagi mereka. 


Mereka menampilkan komposisi musik perkusi yang memadukan pola ritme janger khas Banyuwangi dengan sentuhan musik modern seperti rock dan genre kontemporer. 


Koordinator Ethno Ensemble Solo, Bondan, menilai Banyuwangi sangat pantas memiliki festival perkusi, karena daerah ini memiliki tradisi musik ritmis yang kuat, seperti kuntulan dan gamelan Banyuwangi, yang telah menginspirasi banyak musisi, termasuk dirinya dan rekan-rekannya di Solo.


“Kami sangat bangga sekali tampil di Banyuwangi. Bicara tentang perkusi, yang paling menyita perhatian dunia dan Indonesia adalah Banyuwangi. 24 tahun kami berdiri, yang pertama kami pelajari adalah Kuntulan. Dan sampai sekarang belum bisa,” kata Bondan. 


Festival ini tak hanya menarik masyarakat lokal, tetapi juga wisatawan mancanegara. Salah satunya Paul, turis asal Jerman yang datang bersama dua rekan senegaranya. Mereka sebelumnya telah mendaki Gunung Ijen dan menikmati pesona blue fire disana.


“Malam ini saya menyaksikan atraksi seni di Banyuwangi. Musiknya sangat menarik, budaya yang luar biasa. Kami sangat menikmatinya. Saya akan merekomendasikan teman-teman saya untuk datang ke Banyuwangi,” tutur Paul. (ip TD/ humas).